BLANGPIDIE-Produksi pala di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) kian hari semakin berkurang. Bahkan harga komoditi perkebunan jenis ini semakin menurun di pasaran. Kondisi tersebut membuat banyak petani yang membiarkan tanaman pala mereka tanpa perawatan. Tidak sedikit dari mereka beralih ke komditi pwrkebunan jenis lain yang lebih menguntungkan.
Saleh petani di Kecamatan Manggeng, Senin (18/2/2019) membenarkan kalau produksi pala terus menurun. Rendahnya produksi pala menurutnya diakibatkan beberapa faktor diantaranya tanaman yang semakin tua, serangan hama, belum menggunakan bibit unggul serta kurangnya perawatan. Selain itu, kondisi harga pala yang tidak menguntungkan petani juga menjadi penyebab tanaman pala semakin terabaikan.
Saat ini harga pala basah di tingkat agen pengepul berkisar antara Rp.15.000-18.000 per kg tergantung kualitas pala yang dihasilkan. Sementara untuk pala kering berkisar antara Rp.35.000-40.000 per kg.
Akhir-akhir ini tanaman pala banyak yang mati terkena hama. Hama penggerek batang dan jamur akar busuk membuat tanaman pala mati secara mendadak. Umur tanaman pala yang mati pun bervariasi. Saat ini dalam sebatang, petani hanya menghasilkan 1-3 kg biji pala.
Kondisi serupa juga turut dirasakan oleh para petani pala di kawasan Kabupaten Aceh Selatan. Banyak petani yang sebelumnya memiliki perkebunan pala, lantaran angka produksi yang semakin merosot ditambah pengaruh harga, membuat mereka meninggalkan budidaya pala dan beralih ke tanaman lain.
Andi S petani di Kecamatan Labuhan Haji Timur mengaku prihatin dengan kondisi tanaman dan harga pala saat ini. Petani tidak lagi merawat secara rutin, lantaran keuntungan yang akan didapat saat menjual hasil panen tidak sebanding dengan biaya perawatan.
“Sangat banyaj tanaman pala yang mati mendadak lantaran terkena hama. Kejayaan petani pala tidak seperti dulu yang mampu memberikan keuntungan berlipat kepada petani. Saat ini proses panen pala tetap dilakukan oleh beberapa petani, namun hasil yang diperoleh sangat terbatas,” tuturnya.
Selama ini memang ada upaya petani untuk melakukan penanaman kembali. Namun upaya itu terkendala dengan biaya yang sangat besar termasuk diantaranya biaya perawatan. Persoalan inilah yang sangat membutuhkan perhatian khusus pemerintah.
Menurutnya, pala merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi, disamping banyak jenis komoditi pertanian lainnya. Bagian tanaman pala yang memiliki nilai ekonomi tertinggi ada pada biji, buah dan fulinya. Pala sering digunakan untuk bahan industri minuman, makanan, farmasi dan kosmetik.
Untuk Aceh Selatan, tanaman pala ini sebelumnya mempunyai peranan ekonomi dan sosial yang sangat penting, karena komoditi pala merupakan komoditas unggulan daerah dan merupakan sumber pendapatan daerah . Disamping itu, petani juga akan mendapatkan hasil yang memuaskan tergantung dari pala yang dibudidayakan.
“Tanaman pala banyak yang terabaikan karena dinilai kurang menguntungkan,” tandasnya.(ag)