
Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) menjadi salah satu sarana modern yang harus dijalani siswa Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat dalam menyelesaikan pendidikannya. Di tahap awal pemberlakuan UNBK, tidak banyak daerah yang berhasil sempurna melaksanakannya, bahkan berbagai kendala acap kali menghampiri pelaksanaan UNBK di daerah. Namun, dengan kerja keras dan bimbingan intensif yang dilakukan Dinas Pendidikan provinsi Aceh di daerah, berhasil mendobrak kendala itu, dan menjadikan pelaksanaan UNBK di Aceh sukses. Tidak hanya itu, hasil UNBK di Aceh pun meningkat.
Selama ini, UNBK terkadang menjadi momok bagi bebagai daerah di Indonesia. Betapa tidak, sarana pelaksanaan Ujian Nasional selama ini masih manual dan belum tersentuh teknologi. Pro dan kontra pelaksanaan UNBK pun ramai diperbincangkan di masyarakat. Bahkan, tidak sedikit yang pesimis pelaksanaan UNBK bisa berhasil. Kondisi tersebut ternyata tidak membuat provinsi Aceh mengalah. Kerja keras Dinas Pendidikan provinsi Aceh telah menerobos tembok pembatas itu, hingga merubah rasa pesimisme menjadi optimisme dalam pelaksanaan UNBK.
Tahun 2019, Aceh telah mengukir sejarah baru Ujian Nasional. Hasil kelulusan UNBK tingkat SMA, SMK, dan MA di Aceh pada tahun 2019 mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Setelah melakukan bimbingan intensif ke seluruh kabupaten/kota sejak akhir tahun 2018, Dinas Pendidikan Aceh berhasil menaikkan peringkat Aceh dalam rata-rata hasil UN 2019. Tahun sebelumnya berada di urutan ke-34, dan tahun 2019 menjadi urutan ke-27 secara nasional. Hal itu berdasarkan rilis yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, beberapa waktu lalu.

Kerja keras yang dilakukan Dinas Pendidikan ternyata tidak sia-sia. Peringkat terakhir yang diraih pada tahun lalu itu, tidak membuat Dinas Pendidikan Aceh patah semangat. Untuk memecahkan persoalan ini, tidak terwujud secara instan. Tetapi proses pembinaan yang dilakukan secara tepat dan dengan metode pembelajaran terbaru, telah melahirkan hasil UN yang mulai membaik. Upaya cemerlang yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Aceh patut mendapat apresiasi.
Kepala Dinas Pendidikan Aceh Syaridin, S.Pd, M.Pd, mengatakan, pihaknya melakukan berbagai upaya dalam rangka menyelesaikan persoalan pendidikan di Serambi Mekkah itu. Menurut Syaridin, salah satu upaya yang dilakukan adalah menerapkan metode pembelajaran terbaru untuk persiapan UN. Pihaknya melatih guru-guru yang ada di seluruh kabupaten/kota menjadi Instruktur Nasional (IN), yang bertugas untuk membimbing guru-guru lain di daerahnya, untuk memulai pembelajaran dengan mengkaji kisi-kisi nasional pendidikan.

Upaya tersebut memang tidak secara instan menjadikan pendidikan Aceh menjadi peringkat 1. Karena pada tahun-tahun sebelumnya, Pendidikan di Aceh berada pada peringkat terakhir, seperti pada tahun 2018. Namun, cara tersebut mampu menaikkan peringkat pendidikan Aceh menjadi 27 secara nasional, dari sebelumnya hanya mendapat peringkat 34 atau peringkat terakhir.
“Sejak awal saya tidak pernah menyebut kita mampu meraih peringkat 1 atau 10 besar nasional. Karena tidak mungkin terjadi dalam waktu sesingkat ini. Saya orang matematika, soal peringkat bermain dengan angka, ini upaya maksimal untuk saat ini,” kata Syaridin beberapa waktu lalu.
Dia mengungkapkan, secara nasional rata-rata hasil UN pada tahun ini naik dengan kenaikan satu poin. Tetapi untuk rata-rata hasil ujian nasional Aceh untuk SMA dan SMK, mengalami kenaikan rata-rata tiga poin. “Alhamdulillah, ini terjadi pada semua kabupaten/kota, semua satuan pendidikan, dan semua mata pelajaran yang diujian nasionalkan,” ungkapnya.
Untuk mewujudkan hal dimaksud, Dinas Pendidikan Aceh melibatkan berbagai unsur seperti Universitas Syiah Kuala, UIN Ar-Raniry, tenanga instruktur dari pusat, dari Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) dan pihak lain yang memiliki ilmu dan kemampuan dalam bidang pendidikan. Yang dilakukan Dinas Pendidikan merupakan terobosan baru dan layak untuk dikembangkan. Memang, untuk menyukseskan sesuatu hal dibutuhkan kerja keras dan ikhlas termasuk di dunia pendidikan.
“Mereka membimbing guru-guru kita dalam menyusun soal-soal prediksi UN yang mengacu pada kisi-kisi UN. Setelah disusun, lalu tim dari provinsi dan instruktur nasional yang telah kita latih diberdayakan untuk turun ke semua kabupaten/kota demi menyosialisasikan, membimbing, dan menerapkan metode kisi-kisi UN yang sudah dikaji itu,” ujarnya.

Harus diakui, bahwa menawarkan terobosan baru dalam pembaharuan pendidikan itu, tidak mudah. Bahkan, sejak awal penerapan UNBK secara penuh, mendapat respon pro dan kontra. Namun, bila hanya terus mengeluh dan mengalah dengan keadaan yang ada, maka perubahaan itu tidak akan terwujud.
Predikat pendidikan Aceh yang pada tahun-tahun sebelumnya selalu rendah, rasanya sudah cukup menjadi perbincangan di kalangan masyarakat. Upaya yang dilakukan Dinas Pendidikan Aceh untuk mendobrak kelemahan-kelemahan dalam dunia pendidikan itu, teranyata cukup ampuh. Syaridin menyebutkan, guru-guru dan siswa diperkenalkan soal-soal yang memiliki kapasitas tinggi yang selama ini kurang terjamah oleh guru dan kurang tersampaikan ke siswa-siswa.
“Kisi-kisi ini memuat rambu-rambu dan indikator ujian nasional setiap tahunnya. Kita mencoba ‘memaksa’ guru-guru kita melalui kepala sekolah untuk melakukan ini secara terus menerus. Terima kasih atas kerja keras semua guru di Aceh serta dukungan orang tua serta semua pihak,” ucapnya, seraya mengucapkan rasa syukur bahwa prestasi pendidikan Aceh terkait hasil UN dapat loncat 8 tingkat menjadi peringkat 27.
Sebelum hasil UN diumumkan melalui masing-masing satuan pendidikan, Kadisdik Aceh beserta tim panitia pelaksana UN 2019 Disdik Aceh secara langsung melaporkan hasil UN kepada Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah. Dalam pelaksanaan UN 2019, Plt Gubernur Aceh pun ikut secara langsung ke beberapa daerah dan satuan pendidikan, untuk memantau di Kota Banda Aceh, Aceh Besar, dan Gayo Lues.
“Dalam pemantauan tersebut, Plt Gubernur merasa senang bahwa sekolah-sekolah yang letaknya nun jauh di sana sudah dapat melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), walaupun masih ada kekurangan di sana sini, dia akan berusaha memperbaiki itu agar pelaksanakan UNBK tahun depan lebih baik lagi,” ujar Syaridin.

Aceh, Terbaik Pelaksanaan UNBK
Hasil yang baik, tentu tidak diraih tanpa proses yang baik. Ternyata, sebelum meraih hasil UN yang naik peringkat di tahun 2019, ternyata dalam pelaksanaan UNBK, Pendidikan di Aceh juga mendapatkan berhasil melaksanakan UNBK 100 persen. Pelaksanaan UNBK yang dinilai sukses, mendapat apresiasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Kemendikbud mentapkan Provinsi Aceh sebagai satu dari tujuh provinsi terbaik di Indonesia selain DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Gorontalo, Kalimantan Selatan dan Bangka Belitung, dalam melaksanakan UNBK 100 persen.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kemendikbud, Totok Suprayitno, saat membuka Gebyar Hardiknas 2019 di Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh, beberapa waktu lalu. Dikatakannya, tahun 2019 ini, Aceh dapat melaksanakan UNBK 100 persen di seluruh kabupaten/kota. Kesuksesan pelaksanaan UNBK itu, ternyata telah memicu memacu para peserta UNBK di seluruh Aceh untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Totok juga memuji perkembangan pendidikan di Aceh yang menurutnya sudah cukup baik. “Pemerintah Provinsi Aceh berkomitmen luar biasa terhadap dunia pendidikan, sehingga Aceh dapat melaksanakan UNBK 100 persen pada tahun 2019,” kata Totok.
Dengan dilaksanakannya UNBK secara total ini, menurut Totok, maka komitmen menjaga integritas UN sangat tinggi. Karena gambaran nilai UN bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh perguruan tinggi dalam seleksi masuk perguruan tinggi negeri.
Menanggapi hal itu, Syaridin memberikan apresiasi kepada Kemendikbud RI atas pengakuan tersebut. Prestasi itu dapat memotivasi Aceh untuk lebih berprestasi lagi ke depan. “Alhamdulillah pendidikan kita dalam hal pelaksanaan UNBK sudah setara dengan daerah lain di Indonesia,” ujarnya, Rabu (24/4/2019).

Raih Nilai 100
Prestasi mengejutkan pada UNBK tahun ajaran 2018/2019 diukir puluhan siswa di Aceh yang berhasil meraih nilai 100 pada Ujan Nasional tahun 2019. Setelah kabar gembira meningkatnya peringkat hasil UN dari 34 menjadi 27, kini kabar gembira pun datang dari para siswa peraih nilai tertinggi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMA sederajat tahun 2019. Jumlah peraih nilai 100 meningkat tajam, dari sebelumnya hanya 5 orang tahun 2018, meningkat 31 siswa pada tahun 2019. Bahkan, dari jumlah itu, dua diantaranya mendapat dua kali nilai 100, alias double, pada mata pelajaran yang di-UN-kan.
Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Syaridin SPd MPd, mengucapkan rasa syukur dan bangga atas performa maksimal yang dicapai sejumlah siswa Aceh tersebut. Capaian yang diukir para generasi penerus Aceh itu, katanya, merupakan sejarah baru bagi dunia pendidikan di Serambi Mekkah. Dalam sejarah pendidikan di Aceh, belum pernah mengumpulkan nilai UN sempurna sebanyak itu. “Ini merupakan prestasi besar yang ditorehkan siswa Aceh, yang menjadi modal yang baik untuk kemajuan pendidikan Aceh ke depan,” ujar Syaridin.
Prestasi yang diraih itu, kata Syaridin, bukan lah hasil yang didapat secara instan, melainkan berkat proses panjang melalui pembelajaran intensif baik di sekolah maupun luar sekolah. “Dengan meningkatnya nilai UN ini, kami berharap kualitas para guru dan tenaga pendidikan Aceh juga semakin meningkat. Semoga prestasi Aceh semakin baik ke depan,” harapnya.
- Cut Farah Fadhilah, SMA Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School, nilai 100 mata ujian Bahasa Inggris dan Biologi (double)
- Muhammad Iqbal, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 pada mata ujian Biologi
- Muhammad Rais Shiddiq, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 mata ujian Matematika
- M Abrar Mardhatillah, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 mata ujian Matematika
- Donita Chandra, SMA Negeri 1 Lhokseumawe, nilai 100 mata ujian Bahasa Inggris
- Muhammad Fahkry Malta, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 mata ujian Matematika
- Siti Armanisa, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 mata ujian Biologi
- Farzana Hadifa, MAN 1 Banda Aceh, nilai 100 mata ujian Matematika
- Farah Rafiqah Aulia, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 mata ujian Matematika
- Yolanda, SMA Negeri Unggul Aceh Selatan, nilai 100 mata ujian Matematika
- Mohammad Hafiz Akbar, SMA Laboratorium Universitas Syiah Kuala, nilai 100 mata ujian Bahasa Inggris
- Azka Athasyah, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 mata ujian Bahasa Indonesia
- Amani Islahuddin, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 mata ujian Bahasa Inggris
- T Maulana Khalil Ahmad, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 mata ujian Fisika
- Ulmiza Putri Mutia, SMA Negeri Unggul Aceh Selatan, nilai 100 mata ujian Kimia
- Rahmita, SMA Negeri 1 Lhokseumawe, nilai 100 mata ujian Biologi
- Aigia Syahraini, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 mata ujian Bahasa Inggris
- Adib Aulia Akbar, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 mata ujian Biologi
- Adha Mulyana, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 mata ujian Biologi
- Muhammad Farhan Idami, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 mata ujian Bahasa Inggis
- Salsabila Thahirah, SMA Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School, nilai 100 mata ujian Bahasa Inggris dan Biologi (double)
- Nisrina Kamila Azzuhra, SMA Negeri 4 Banda Aceh, nilai 100 mata ujian Bahasa Inggris
- Pocut Arifah Zahrina, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 mata ujian Bahasa Inggris
- Muhammad Rinaldy, SMA Negeri Modal Bangsa, nilai 100 mata ujian Biologi
- M Ghafarel Kamal, SMA Fatih Bilingual School, nilai 100, mata ujian Bahasa Inggris
- Faruq Miqdad Mudaffar, SMA Plus Al-Athiyah Banda Aceh, nilai 100 mata ujian Bahasa Inggris
- Nabila Firyal, SMA Negeri Unggul Pidie Jaya, nilai 100 mata ujian Biologi
- Ainul Mardiah, SMA Negeri Unggul Subulussalam, nilai 100 mata ujian Bahasa Indonesia
- Teuku Farhan Rizki, MAN Kota Lhokseumawe, nilai 100 mata ujian Bahasa Inggris
- Rockie, SMA Al-Mishbah Banda Aceh, nilai 100 mata ujian Bahasa Inggris
- M Idris, SMA Negeri 4 Kejuruan Muda, nilai 100 mata ujian Bahasa Indonesia
- Atikah Rizki, SMK N 1 Banda Aceh, nilai 100 mata ujian Bahasa Indonesia.
- Cut Putri Afriyusna, SMK-SMTI Banda Aceh, nilai 100 mata ujian Bahasa Indonesia
- Abdullah Badawi, SMK N 1 Peusangan, nilai 100 mata ujian Bahasa Indonesia
Berikut jumlah siswa yang meraih nilai 100 berdasarkan mata pelajaran yang diujiankan:
– Bahasa Indonesia, 6 siswa nilai 100
– Bahasa Inggris, 13 siswa nilai 100
– Matematika, 6 siswa nilai 100
– Fisika, 1 siswa nilai 100
– Kimia, 1 siswa nilai 100
– Biologi, 9 siswa nilai 100
Pelaksanaan UNBK memang tuntutan zaman. Teknologi modern yang diaplikasikan dalam sistem pendidikan, menjadi pengakuan nyata bahwa Indonesia merupakan sebuah Negara yang melek teknologi. Hal yang patut dibanggakan adalah Provinsi Aceh sudah membuktikan kesuksesan UNBK. Kesuksesan dalam pelaksanaan dan hasil UNBK tahun 2019 di Aceh menjadi sejarah baru dalam dunia pendidikan. Semoga, langkah awal membaiknya pendidikan Aceh ini, akan terus dipertahankan dan menjadi batu loncatan pengembangan pendidikan secara modern di provinsi paling barat Indonesia itu. (Barlian Erliadi, SH)