
BLANGPIDIE-Ratusan hektare (ha) lahan pertanian di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) kerap mengalami kekeringan saat memasuki musim kemarau. Sehingga proses penggarapan lahan dibeberapa titik hamparan sering terkendala, lantaran tidak dialiri air.
Salah seorang tokoh pendiri Abdya yang juga Wakil Ketua DPD Golkar Aceh, Suprijal Yusuf SH, Kamis (4/7/2019) mengatakan, Pemkab Abdya mesti memikirkan pembangunan waduk (kolam penyimpan air) untuk memenuhi kebutuhan air bagi lahan petani yang kerap mengalami kekeringan.
Menurutnya, banyak sawah milik petani yang terganggu saat proses garap lahan lantaran sering tidak mendapatkan suplai air. Penyebabnya, ada beberapa titik wilayah yang tidak terjangkau dengan aliran irigasi teknis yang ada. Maka dari itu, waduk merupakan solusi dan perlu diwacanakan kedepan demi memudahkan petani mendapatkan air.
“Selain mewacanakan pembangunan irigasi sayap kanan di Abdya, pembangunan waduk juga harus diprogramkan. Apalagi, lahan pertanian di Abdya masih sangat luas dan sekitar 70 persen masyarakat Abdya merupakan petani,” paparnya.
Dampak kekeringan itu juga akan berimbas terhadap sumber air yang ada di dalam sumur warga. Jika musim kemarau terus berkepanjangan, bisa dipastikan debit air dalam sumur rumah warga akan mengering. Bahkan, beberapa sungai di Abdya juga sudah mulai dangkal yang membuat debit air terus berkurang pada saat musim kemarau.
“Pembangunan waduk itu cukup relevan di Abdya, apalagi didukung dengan aliran sungai yang membentang. Bahkan hampir setiap kecamatan di Abdya memiliki sungai. Terutama Krueng (Sungai) Babahrot, Krueng Susoh dan Krueng Baru yang alirannya cukup deras dan besar,” tandasnya.
Bedasarkan data yang diterima dari Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpan) Abdya, bahwa terdapat sekitar 300 ha lebih lahan di Abdya hanya memanfaatkan air hujan turun. Kalau pada musim kemarau, air cukup sulit untuk dialiri ke lahan tersebut.
Lahan itu tersebar dibeberapa kecamatan dalam kabupaten setempat, seperti di Desa Alue Rambot, Kecamatan Lembah Sabil sekitar 55,08 ha, Desa Pante Cermen dan Pante Perak, Kecamatan Manggeng sekitar 106 ha. Untuk Kecamatan Tangan-Tangan di Desa Drien Kipah sekitar 4 ha, Gunong Cut 32 ha, Adan 5 ha dan Bineh Krueng sebnyak 3 ha.
Sementara Kecamatan Setia di Desa Cinta Makmur sebanyak 3,2 ha. Kecamatan Susoh berada di Desa Ujung Padang 57 ha, Kecamatan Jeumpa di Desa Jeumpa Barat sekitar 32 ha dan Alue Sungai Pinang 7 ha Kecamatan Kuala Batee yang termasuk lahan sulit teraliri air berada di kawasan Desa Krueng Panto sebanyak 65 ha. Sedangkan Kecamatan Babahrot di Desa Ie Merah 44 ha dan Cot Simantok sebanyak 20 ha.
“Di lahan kering atau tadah hujan itu, kami memberikan bantuan benih padi khusus dengan istilah ‘gogo’. Disamping itu, kami juga membantu pengairan dengan sistem pompanisasi sekitar lahan yang terdapat sumber air dan sumur bor,” sebut Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Distanpan Abdya, Darwis.
Dia membenarkan bahwa Pemkab Abdya telah berwacana untuk membangun irigasi sayap kanan agar segala permasalahan air untuk petani bisa segera diatasi. “Namun bisa saja kedepan akan dicoba kami pikirkan terkait waduk itu, ” pungkasnya. (ag)