
Yusradi Usman Al-Gayoni sedang memegang jeruk Keprok Gayo dikebun milik pak Wikyo di desa Paya Tumpi, Kabupaten Aceh Tengah beberapa waktu lalu. Jum’at (16/8/2019).
TAKENGON – Jeruk Keprok Gayo (JKG) sedang dikembangkan sebagai tumpang sari kopi oleh masyarakat perlindungan indikasi Geografis (MPIG) Aceh di empat Kabupaten, tujuannya adalah untuk menambah pendapatan petani kopi Gayo.
Tidak hanya itu, dalam waktu dekat, MPIG JKG akan menyediakan 6000 batang bibit keprok gayo untuk dijual. Per batang dijual Rp 35.000, hasil penjualan ini sepenuhnya digunakan untuk kebutuhan organisasi MPIG JKG, pembibitan, dan pengembangan tumpang sari/keprok gayo tadi. Selanjutnya, MPIG JKG akan melakukan pendampingan di lapangan.
“Beberapa waktu lalu, saya sempat mengunjungi kebun percontohan tumpang sari punya praktisi jeruk keprok Gayo, Pak Wikyo, yang sekaligus Ketua MPIG JKG di Kampung (Desa) Paya Tumpi, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah. Saat bersamaan, kami mendiskusikan beberapa hal,” Kata Yusradi Usman Algayoni saat dikutip analisisnews.com Jum’at (16/8/2019) dari Facebook miliknya Yusradi Usman Al-Gayoni.
Ia menyebutkan ada beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan mereka itu seperti membahas MPIG JKG, kemudian melakukan pembibitan keprok melalui MPIG JKG, Pendampingan dan peningkatan kapasitas petani tumpang sari kopi dan keprok, dan mendorong multipihak membantu MPIG JKG dalam pengembangan tumpang sari dan pengembangan produk keprok Gayo.
Yusradi merupakan seorang pegiat literasi Gayo sekaligus Anggota Tim Pengembangan Kawasan Gayo-Alas dan GAMIFest Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
“Karenanya, bagi masyarakat Gayo yang berminat perihal bibit tersebut, bisa langsung berkomunikasi dengan pengurus MPIG JKG di Kampung Paya Tumpi Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.” Demikian ujarnya. (Jun)