TAKENGON – Sebagai upaya dalam melestarikan sejarah Gayo, Mahasiswa Peduli Sejarah Gayo (MAPESGA) Banda Aceh melakukan kegiatan ekspedisi sejarah pada 21 hingga 22 Agustus 2019 kemarin di Buntul Linge, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah.
Ekspedisi ini diikuti oleh 20 orang anggota sekaligus pengurus MAPESGA Banda Aceh yang mendedikasikan dirinya untuk melestarikan sejarah dan budaya Gayo, khususnya di Linge.
Selama melaksanakan kegiatan ini, ada beberapa program yang diisi dengan yang bermanfaat baik dan mendidik seperti diskusi sejarah bersama para Petue Kampung (Gayo-Red) di kampung setempat, sosialisasi pentingnya pendidikan, memperkenalkan beberapa seni Gayo, serta pemberian donasi buku dan alat tulis di beberapa sekolah yang ada di daerah tersebut.
Ketua Umum MAPESGA, Ramayandi kepada media ini mengatakan tujuan dilaksanakannya kegiatan tersebut adalah untuk menggali informasi sejarah Gayo yang berada di Linge, kemudian berbagi pengalaman kepada peserta didik sebagai generasi emas bangsa.
“Sebagai Mahasiswa kami juga harus ikut berperan penting dalam upaya peningkatan mutu dalam bidang pendidikan, sehingga kami berkomitmen bersama seluruh peserta untuk berbagi ilmu dengan teman-teman dan memberikan donasi buku bacaan dan alat tulis untuk para siswa yang berada di sana,” kata Ramayandi yang akrab disapa Rama.
Kedatangan mahasiswa Gayo yang kuliah di Banda Aceh ini disambut baik oleh masyarakat dan aparat setempat khususnya Reje Kampung Linge, Awan Bass, dan Petue Kampung Linge setempat Awan Jalil.
Dalam pertemuan itu, Reje dan Petue Kampung juga memberikan penjelasan mengenai keberadaan sejarah Gayo di Linge. Melalui media ini MAPESGA mengucapkan banyak terimakasih atas sambutan dan ilmu yang telah diberikan sebagai penambah wawasan bagi mahasiswa yang hadir dalam dialog tersebut.
Dari kehadiran mereka kesana sekaligus menyempatkan diri untuk berkunjung ke makam Reje Linge (Lingga) di buntul Linge yang letaknya cukup jauh dari perkampungan utama. Untuk menuju makam muyang linge membutuhkan waktu sekitar 10 menit berjalan kaki dari museum rumah Reje Linge atau dikenal dengan umah pitu ruang.
Meskipun perjalanan yang cukup jauh, namun tidak menyurutkan semangat ekspedisi mereka ini dalam menjalani kegiatan tersebut hingga susuai rencana.
“Alhamdulillah kami telah melaksanakan kegiatan ini dengan lancar dan baik sesuai harapan,” tambah Fadullah yang turut
Dari ekspedisi itu Ramayandi menghimbau kepada seluruh elemen masyarakat dan seluruh stakeholder Gayo khususnya dapat terus melestarikan budaya dan sejarah Gayo.
“Mari bersama MAPESGA kita cintai dan lestarikan sejarah dan budaya Gayo untuk masa depan yang akan datang. Salam sejarah. Salam budaya. Semangat lestari,” tutup Rama. (Rel/Jun)