Perkuat Literasi Sejarah, Bener Meriah Perlu Perbanyak Buku Pesona Tanoh Gayo

Sekretaris TGI Junaidi (kiri) Ketua Marhamah (tengah) dan Ansar Salihin (penulis ontologi puisi Emun). Diskusi kecil yang berlangsung bulan Juli 2019 yang lalu.

Catatan The Gayo Institute (TGI) Bener Meriah.

Beberapa waktu lalu, Bupati Bener Meriah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Bener Meriah Drs Rayendra menyampaikan bahwa buku tentang perjuangan H Muhammad Hasan Gayo dalam pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia telah diperbanyak dan akan distribusikan kepada seluruh perpustakaan sekolah yang ada di seluruh Kabupaten Bener Meriah. Hal ini bertujuan sebagai sejarah nasionalisme dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Kepedulian tokoh dari dataran tinggi Gayo ini harus diakui bahwa Indonesia juga tidak terlepas dari keterlibatan fisiknya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia hingga merdeka bahkan lebih.

Partisipasi pejuang nasional H. Muhammad Hasan Gayo dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia dimulai sejak pada tahun 1923 hingga pasca kemerdekaan tahun 1993. Perjalanan tersebutlah dikupas dan dituangkan kedalam buku  yang ditulis oleh Muhammad Daud Gayo. Anak keempat dari pasangan Aji dan Djaimah Lahir di kampung Lukup Pegasing pada tahun 1923. Ayahnya Aji atau biasa dipanggil Aman Ali Basyah merupakan seorang guru. Sebagai orang terpelajar, ayahnya pernah menggugat Belanda di pengadilan dan menang. Gugatan tersebut menyangkut kepemilikan lahan perkebunan kopi Belanda di Bies Penentangan, agar dikembalikan lagi kepada rakyat.

Buku H Muhammad Hasan Gayo yang ditulis oleh Muhammad Daud Gayo, yang diterbitkan oleh Bandar Publishing, Banda Aceh.

H. Muhammad Hasan Gayo mengawali pendidikan di Volks School di kampung Kute Lintang Pegasing. Kemudian melanjutkan di Vervolgschool di kota Takengon. Selanjutnya menjadi santri di matang glumpang dua Bireuen, bersama Tgk Lathief Roesydiy dan Prof. Dr. Baihaki. AK dan baru tahun 1942 beliau meninggalkan Tanah Gayo menuju pulau Jawa.

Sebagai generasi emas Aceh, Gayo dan Bener Meriah secara khusus tentu harus andil dan mengakui bahwa Indonesia tidak akan ada tanpa perjuangan nenek Moyang dan orang tua kita dahulu. Untuk itu, sangat penting untuk mendalami dan mempelajari literasi sejarah dengan membaca buku terbitan Bandar Publishing itu. Meskipun tidak ikut berjuang dalam kemerdekaan Indonesia, sebagai pengganti roda kehidupan regenerasi tentu harus menjaga kemerdekaan itu dengan melestarikannya dengan baik sesuai kemampuan, salah satunya adalah mempertahankan sejarah kemerdekaan lewat kenangannya.

Patut kita bersyukur buku ini telah terbit dan diperbanyak untuk keperluan generasi muda Bener Meriah saat ini dan dimasa mendatang karena H Muhammad Hasan Gayo terlibat dalam berjalannya proses kemerdekaan. Perjuangannya bersama tokoh elit Gayo seperti Tgk Ilyas Leube dan pahlawan lainnya tentu menjadikan diri kita tetap semangat. Tidak sebatas itu saja, kita harus mampu mengungkap dan memunculkan kembali kepermukaan sejarah-sejarah yang telah lama tenggelam di permukaan sehingga generasi mendatang tahu bahwa di setiap jejak langkah kakinya ada sejarah yang perlu dihargai dan dikenang bersama.

Penulis yakin, di Bener Meriah sendiri banyak peristiwa yang terjadi di masa dahulu. Kehadiran peristiwa ini tentu tidak terlepas dari pentingnya menulis untuk melukiskan bagaimana sejarah itu terjadi dan diangkat untuk diketahui semua orang. Oleh karena itu penting generasi emas belajar menulis sebagai senjata untuk menyatakan kepada dunia bahwa Bener Meriah memiliki sejarah yang layak untuk diketahui negara dan bangsa. Selama ini kita hanya mengenal sebatas perjuangan nasional yang berada di pusat-pusat kota saja sementara di Daerah  Kabupaten Bener Meriah sendiri masih sangat jarang dapat ditemui atau dituliskan oleh pegiat literasi akan sosok dari pahlawan sehingga keberadaannya disudutkan. Dengan kehadiran generasi yang ada, sehingga apa yang belum tersampaikan kepada publik dapat disampaikan secara menarik untuk diketahui dunia.

Disamping itu, selain buku pahlawan nasional kemerdekaan republik Indonesia H Muhammad Hasan Gayo yang ada di dataran tinggi Gayo, ada buku sejarah lainnya yang tampaknya harus diperbanyak juga oleh Pemkab Bener Meriah terlebih buku ini akan sangat penting untuk dipelajari generasi Gayo khususnya Kabupaten Bener Meriah. Kehadiran buku ini sebagai sudut pandang marwah orang pertama disana yang harus diketahui oleh semua elemen masyarakat yang hari ini kebanyakan tidak tahu menahu. Keberadaan buku tersebut saat ini sangat sangat terbatas jumlahnya bahkan hampir tidak ada sama sekali di arsip Perpustakaan Kabupaten Bener Meriah. Untuk itu seharusnya Pemerintah harus peduli dan mengalokasikan dana untuk memperbanyak buku tersebut agar masyarakat Bener Meriah mengetahui. 

Buku ini dicetak sebelum Bener Meriah ada atau masih bersama Aceh Tengah. Di dalamnya disampaikan mengenai keberadaan orang pertama di Bener Meriah, Muyang Kute. Kehadiran Bener Meriah tidak terlepas dari keberadaan Muyang Kute sebagai sosok ulama dan tokoh dalam memperjuangkan Islam di Aceh bahkan Sumatera dan secara khusus di dataran tinggi Gayo. Jika generasi sekarang ditanyakan siapa Muyang Kute hanya beberapa persen saja ia ketahui siapa ulama masyhur itu, atau bisa jadi hanya sekedar tahu Bahwa Muyang Kute adalah nama dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muyang Kute, Tekering. Jika kita sadar bahwa literasi sangat penting khususnya sejarah Bener Meriah maka buku ini harus dilakukan penerbitan ulang dan diperbanyak sehingga menjadi arsip untuk perpustakaan di sekolah-sekolah yang ada Bener Meriah. Buku ini ditulis oleh A.R Hakim Aman Pinan dengan judul “Pesona Tanoh Gayo” yang diterbitkan oleh Pemerintah Aceh Tengah tahun 2003. Buku ini tampak penting untuk diperbanyak oleh Pemerintah Kabupaten Bener Meriah bersama Aceh Tengah sebagai penambah literasi di masing-masing perpustakaan daerah karena didalamnya disampaikan mengenai sejarah Gayo secara khusus Muyang Kute, bahkan kampung asal Delung Tue dan Reje Guru.

Buku Pesona Tanoh Gayo karya AR Hakim Aman Pinan yang diterbitkan oleh Pemkab Aceh Tengah sebelum adanya Bener Meriah tahun 2003 silam.

Disamping pentingnya penerbitan ini, tentunya kedepan sejarah Gayo perlu untuk disampaikan kepada generasi emas yang ditanamkan sejak SD/MI, SMP/MTsN, SMA/MA dalam kurikulum pendidikan. Tidak mesti waktu yang lama dalam penyampaian sejarah Gayo atau Budaya Gayo lainnya kepada anak anak didik di Bener Meriah, melainkan butuh waktu satu jam saja. Selama ini Pemerintah melalui Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Bener Meriah dan DPRK Kabupaten setempat serta tokoh lainnya dari dulu hanya menjanjikan saja untuk dimuat kurikulum mulok disekolah akan tetapi hingga hari ini belum ada sama sekali dilaksanakan dan berjalan sesuai harapan padahal sudah diorbitkan pernyataan tersebut beberapa tahun belakangan ini. Untuk itu, Pemerintah dan Anggota Dewan yang baru dilantik harus betul-betul menjalankan kurikulum layaknya sumpah janji dalam pelantikan untuk bisa menjadikan Bener Meriah lebih baik. Nah, penulis pikir ini adalah satu-satunya jalan dan tugas dari anggota Dewan untuk menjadikannya sebagai bentuk partisipasi sebagai wakil rakyat.

Di sisi yang lain, dalam Seminar, FGD dan Uji Publik Hasil Review Revisi RTRW Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012-2023 beberapa waktu lalu yang dilaksanakan di aula Setda Kabupaten Bener Meriah, tokoh elit pemekaran Bener Meriah meminta agar buku mengenai Bener Meriah ditulis oleh penulis Bener Meriah sendiri sebagai tanda bukti lahirnya Bener Meriah memiliki sejarah yang indah. Bahkan, tokoh ini mendesak Bupati Bener Meriah Sarkawi untuk membuat tim penulis mengenai sejarah Bener Meriah itu. Sementara untuk narasumbernya mereka sendiri telah siap siaga untuk sumber informasi itu.

Jika dilihat, penulis Bener Meriah saat ini masih belum terlalu banyak dan menampakkan jari dirinya dihadapan publik. Kendatipun ada, hanya beberapa saja dan bahkan sebagian tidak muncul ke permukaan publik di Bener Meroqh sehingga banyak yang tidak tahu keberadaannya. Padahal ia sangat dibutuhkan dalam mengorbitkan sejarah ataupun mengenai topik lainnya. Semoga kedepan generasi penulis dapat terus melahirkan karyanya di bidang masing-masing bahwa kita mampu untuk membangun Bener Meriah meskipun lewat tulisan  kita selama ini. 

Dari himpunan penulis, ada beberapa sosok penulis Bener Meriah yang telah mengeluarkan aspirasi tulisannya lewat buku, seperti Prof. Alyasa’ Abu Bakar, Jamhuri MA, Ridwan Nurdin, Hammaddin Aman Fatih, Ansar Salihin, Oktaviana Mayamin, dan penulis lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

*The Gayo Institute (TGI) Bener Meriah adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak pada bidang  Budaya, Pendidikan dan Penelitian. Tulisan ini ditulis oleh Ketua TGI Bener Meriah dengan Sekretarisnya, Marhamah dan Junaidi.(*)