
BANDA ACEH – Untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas dapat dilakukan dengan bebagai cara, salah satunya adalah dengan pendewasaan usia perwakinan. Idealnya, usia produktif bagi calon pengantin laki-laki yakni minimal usia 25 tahun dan perempuan 21 tahun.
Demikian disampaikan kepala perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) perwakilan Aceh, Drs. Sahidal Kastri, MPd pada kegiatan Forum Sinergisitas Kehumasan yang diselenggarakan BKKBN Aceh di Hotel Kumala, Banda Aceh, Senin (18/11/2019).
“Pendewasaan usia perkawinan untuk meningkatkan kualitas perkawinan itu. Berkeluarga harus terencana, agar tercipta keluarga yang berkualitas. Selain itu, pendewasaan usia kawin ini, untuk menghindari angka kematian ibu dan anak,” ujarnya.
Dalam paparan materi yang disampaikannya dalam forum tersebut, Sahidal juga menjelaskan pentingnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sampai bayi berusia 2 tahun. Sebab, ASI sangat penting bagi kebutuhan gizi anak, untuk menghindari berbagai penyakit seperti stunting (bertubuh pendek akibat kekurangan gizi).
Dia mengungkapkan, di Aceh hanya 23 persen ibu- ibu memberikan ASI kepada anaknya. Sementara 77 persen lainnya, tidak memberikan ASI Eksklusif. Persoalan ini, menjadi penting untuk dijelaskan kepada masyarakat, bahwa ASI sangat berguna bagi bayi.
“Didalam ASI ibu itu terkandung zat kekebalan tubuh, sehingga terhindar dari berbagai persoalan seperti stunting. Aceh peringkat 10 di Indonesia terjadi stunting. Inilah sebenarnya, salah satu faktornya kurang asupan ASI,” kata Sahidal.
Hal senada juga diungkapkan Sekretaris BKKBN Aceh Husni Thamrin. Dikatakannya, untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas juga dapat dilakukan dengan mengatur jarak kelahiran anak.
“Untuk mewujudkan keluarga berkualitas inilah yang paling utama adalah mengatur jarak kelahiran itu. Kemudian, gizi yang baik dan pola asuh yang baik,” kata Husni, seraya menegaskan bahwa di era digital sekarang ini sangat penting membentuk karakter anak sejak dini.
Dikatakannya, di era globalisasi sekarang, semua aspek dilakukan dengan alat elektronik yang serba cepat, yang dinilai berpengaruh terhadap karakter anak. “Apabila tidak ada bekal pembentukan karakter sejak dini, maka akan merusak tatanan kehidupan, termasuk agama kita,” ujarnya.
Era yang serba digital sekarang ini, katanya, perlu mempersiapkan generasi yang berkualitas, agar selalu berpijak kepada agama dan norma-norma. Sebab, katanya, anak-anak di era milenial kini terkadang tidak tahu dimana berpijaknya, karena selalu terbawa arus teknologi.
Belum lagi persoalan stunting (bertubuh pendek akibat kekurangan gizi) yang juga menjadi perhatian semua pihak. “Jadi program kita di BKKBN adalah bagaimana mewujudkan keluarga yang berkualitas. Kalau sudah berkualitas tentu akan memperoleh sumber-sumber rezeki,” katanya.
Dia mengatakan, pogram BKKBN bukan untuk membatasi kelahiran anak, tetapi untuk menyuarakan agar anak-anak yang lahir dapat berkualitas. Anak yang berkualitas juga dinilai akan memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas pula.
“Kita di Aceh masuk Tiga provinsi terkaya Sumber Daya Alamnya di Indonesia. Tetapi karena SDM mengelolanya masih kurang, sehingga kita sering menjadi tamu di negeri sendiri,” ungkapnya.
Forum tersebut menghadirkan para wartawan dari berbagai media. Selain itu, hadir juga sebagai pemateri, Kepala Bagian Hubungan Media Massa dan Penyiaran Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Saifullah Abdulgani.
Saifullah yang kini juga menjabat sebagai juru bicara pemerintah Aceh, dalam forum ini menekankan pentingnya menjalin hubungan dengan media massa. Dikaakannya, pihak humas BKKBN sangat penting mengetahui bagaimana cara kerja di media massa, yang berguna untuk mempublikasikan program-program BKKBN. (bar)