Tumbuhkan Wisata Halal di Aceh, Perlu Melibatkan Komunitas

Wakil ketua Dewan Pertimbangan P3I Pusat, Adnan Iskandar sedang menjelaskan potensi wisata halal di Aceh, dalam seminar Brand Wisata Halal di hotel Kumala Banda Aceh, Senin (25/11/2019)

BANDA ACEH – Pengembangan wisata halal di Indonesia sedang digalakkan. Aceh yang memiliki budaya islami, menjadi aset besar untuk mengembangkan wisata halal di tanah air. Sejumlah pegiat ekonomi, menilai, untuk menumbuhkan dan menggerakkan aset wisata halal di Aceh dapat melibatkan berbagai komunitas.


“Terkait wisata halal di Aceh, perlu pelibatan kominitas untuk menggali aset wisata halal itu. Komunitas apapun, baik komunitas Usaha Kecil dan Menengah (UKM), komunitas media, pegiat sosial media dan sebagainya,” kata Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Pusat, Janoe Arijanto, usai seminar Branding Wisata Halal di hotel Kumala Banda Aceh, Senin (25/11/2019).

Bacaan Lainnya


Menurutnya, komunitas dari berbagai bidang apapun harus bergerak bersama-sama untuk menumbuhkan wisata halal di Aceh. Sekarang bukan saatnya menunggu, melainkan bergerak atau berkolaborasi untuk membuat inisiatif menggali potensi wisata halal tersebut.


Sementara, untuk menggerakkan publik dan mendorong komunitas-komunitas dimaksud dapat dilakukan melalui forum-forum ekonomi maupun wisata. Pemerintah, katanya, harus berinisiatif juga, tanpa harus menunggu.


Dikatakannya, berbagai sektor yang ada di Aceh sekarang ini menjadi modal untuk mengembangkan wisata halal itu. “Sayang, asetnya banyak banget dan punya konteks sosial politik yang sangat kuat untuk menggerakkan wisata halal, tinggal kemudian digeraakkan dan kemudian dikomunikasikan,” kata Janoe, seraya menyebutkan, paling berpotensi dikembangkan adalah kuliner, fashion dan lainnya.


Seminar ini menghadirkan para pemateri handal. Selain Janoe, turut hadir ketua P3I Yogyakarta Arief Budiman, wakil ketua Dewan Pertimbangan P3I Pusat Adnan Iskandar, pengamat ekonomi Dr. Iskandar Madjid, Ketua P3I Aceh Hasbul Fayadi. Turut hadir juga Sekretaris P3I Aceh Mahfud Y Loethan, serta pejabat DInas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.


Lebih lanjut, dalam paparan materinya, Janoe menjelaskan berbagai potensi Aceh di sektor wisata, yang dapat digeraakkan dan dikembangkan menjadi bernilai ekonomi. Semua aspek yang ada di daerah itu, baik sosial, budaya dan sumberdaya alam menjadi pendukung destinasi wisata halal.


Hanya saja, katanya, perlu digerakkan oleh semua lintas sektor, termasuk pemerintah, pelaku usaha, pelaku wisata, media sosial dan lainnya. Kekuatan wisata halal tersebut, kata Janoe, telah dimiliki provinsi paling barat Indonesia itu.


Dikatakannya, Aceh telah diberkahi dengan brand (merek) yang sangat kuat untuk mengembangkan wisata halal, yaitu Aceh itu sendiri. “Aceh sebuah paket yang kuat dan tidak dimiliki daerah lain. Ketika kita tempelkan brand ‘Aceh’ di sebuah produk, maka memiliki kekuatan tersendiri dan saya melihatnya sebagai sebuah anugerah,” ujarnya.


Hal penting yang perlu dilakukan, kata Janoe adalah memelihara anugrah itu dengan mengikuti dan memperkenalkan halal itu pada produknya. Semua brand produk dari Aceh sangat mungkin menjadi besar. Hari ini tidak ada halangan usaha kecil untuk menjadi besar, banyak cara yang dapat membantu membesarkan, contohnya melalui sosial media, dan lainnya,” sebutnya.


Seminar tersebut diikuti puluhan pengusaha dari berbagai bidang di Aceh. Terlihat, rata-rata para peserta merupakan pengusaha-pengusaha muda. Mereka kerap melontarkan pertanyaan-pertanyaan seputar usaha mereka kepada para pemateri yang merupakan pengusaha-pengusaha sukses.


Dalam kesempatan itu, Ketua P3I Yogyakarta, Arief Budiman menjelaskan tentang manfaat wisata halal yang mengandung nilai-nilai dakwah. “Halal tourism ini hakikatnya adalah dakwa untuk memperkenalkan kehalalan dan cahaya kebaikan islam,” katanya. (red)