LHOKSEUMAWE – Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Lhokseumawe ,Yufrizal mengatakan, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 mengalami perlambatan, perang dagang meluas antara Amirika Serikat (AS) dengan Tiongkok dan sejumlag negara lainnya .
Hal tersebut dikemukakan Kepala BI Lhokseumawe Yufrizal pada secara Temu Responden Survei & Liaison ,Selasa 3 Desember 2019 di Kantor BI Lhokseumawe.
Di acara tersebut menghadirkan nara sumber bapak Zainal Abidin,Dan juga dihadiri unsur Forkopimda Kota Lhokseumawe,Sekda Kota Lhokseumawe,T.Adnan ,Kepala perbankan, pelaku usaha, pimpinan TNI/Polri , Kepala SKPK dan unsur undangan lainnya .
Pada kesempatan itu Yufrizal menyampaikan informasi tentang kinerja ekonomi tahun 2019 dan prospek ke depan.
Dikatakan ,secara global, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 mengalami perlambatan,antara lain akibat Perang dagang meluas antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok dan sejumlah negara lainnya.
Akhir-akhir ini kebijakan negara di dunia mengarah ke anti-globalisasi yaitu mendahulukan kepentingan ekonomi dalam negeri (inward looking policy). Pada saat yang sama, digitalisasi ekonomi dan keuangan semakin semarak, dengan segala manfaat dan risikonya. Digitalisasi ini masuk ke berbagai segmen ekonomi, dan semakin dikuasai oleh sekelompok perusahaan besar dunia.
Lebih lanjut dalam sambutannya Yufrizal mengatakan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan turun dari 3,6% pada tahun 2018 menjadi hanya 3,0%pada tahun 2019 dan 3,1% pada tahun 2020.
Lebih lanjut, perlambatan ekonomi global tersebut menekan volume perdagangan dan harga komoditas dunia menjadi semakin rendah. Hal tersebut tercermin dari Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia (IHKEI) November 2019 mengalami penurunan sebesar (-)4,0% dibandingkan Desember 2018.
“Kita patut bersyukur, di tengah ekonomi global yang memburuk tersebut, kinerja dan prospek ekonomi Indonesia masih cukup baik. Stabilitas ekonomi nasional terjaga, momentum pertumbuhan berlanjut,” ujar pemimpin BI Lhokseumawe .
Selama 3 triwulan pada tahun 2019, ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,07%, 5,05% dan 5,02% secara tahunan.
Konsumsi rumah tangga nasional tumbuh stabil didukung oleh inflasi yang rendah dan penyaluran bantuan sosial Pemerintah, serta semakin besarnya kelompok penduduk berpendapatan menengah ke atas. Demikian juga pertumbuhan investasi bangunan cukup baik didorong oleh pembangunan proyek strategis nasional.
Sementara itu, investasi non bangunan dan ekspor masih belum kuat sebagai dampak permintaan global dan harga komoditas global yang menurun.
Ke depan, bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah diharapkan dapat mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan sebesar 5,1% (yoy) pada tahun 2019,ujar Yufrizal. (Z).