
Kepala BI Kantor Perwakilan Lhokseumawe
LHOKSEUMAWE – Inflasi di Kota Lhokseumawe pada bulan November 2019 terkendali ,dengan angka inflasi 0,02 persen.
Kepala BI Kantor Perwakilan Lhokseumawe, Yufrizal dalam rilisnya yang diterima AnalisisNews .com mengatakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Lhokseumawe pada bulan November 2019 terkendali. Pada November 2019, Kota Lhokseumawe tercatat mengalami inflasi sebesar 0,02% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan Oktober 2019 yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,53% (mtm) dan dibandingkan bulan November 2018 yang inflasi sebesar 0,29% (mtm).
Dua kota lain yang menjadi lokasi penghitungan inflasi di Provinsi Aceh mengalami deflasi yaitu Meulaboh sebesar (-) 0,50% (mtm) dan Banda Aceh sebesar (-) 0,10% (mtm). Secara agregat, Provinsi Aceh mengalami deflasi sebesar (-) 0,12% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,22% (mtm) serta inflasi nasional sebesar 0,14% (mtm).
Dikatakan, berdasarkan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Kota Lhokseumawe pada periode November 2019 sebesar 1,65% (yoy) atau berada di bawah kisaran sasaran inflasi 3,5% ±1% (yoy).
Inflasi Kota Lhokseumawe bulan November 2019 terutama bersumber dari kenaikan harga pada komponen inflasi inti dengan tingkat inflasi sebesar 0,48% (mtm) dan komponen Administered Price tidak mengalami perubahan. Sementara itu,Volatile Food mengalami deflasi sebesar (-) 0,94% (mtm).
Komponen Volatile Food pada bulan November 2019 mengalami deflasi sebesar (-) 0,94% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,74% (mtm). Lima komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain bawang merah (0,46%), batu bata (0,13%), besi beton (0,07%), pisang (0,05%) dan bayam (0,02%). Sementara itu, komoditas yang memberikan andil deflasi terbesar yaitu tongkol/ambu-ambu (-0,22%), daging ayam ras (-0,19%), cumi-cumi (-0,12), dencis (-0,09), dan teri (-0,08%).
Di sisi lain, harga sub-kelompok ikan segar mengalami penurunan sebagai dampak dari keresahan masyarakat terkait isu virus babi yang mati karena virus kolera yang mencemari aliran sungai hingga ke laut serta adanya pergeseran untuk mengkonsumsi lebih banyak daging sapi karena adanya tradisi meugang dan kendhuri memperingati HBKN Maulid Nabi.
Sementara komoditas bawang merah, pisang dan bayam mengalami kenaikan harga. Peningkatan harga komoditas tersebut disebabkan terbatasnya pasokan bawang merah dari lokal dan masih mengandalkan produksi Brebes dan luar daerah di tengah permintaan yang tinggi menjelang Maulid.
Lanjutnya, selain itu, harga sayuran dan buah meningkat karena curah hujan yang tinggi menyebabkan komoditas tersebut menjadi cepat rusak. Secara tahunan, komponen Volatile Food mencatat deflasi sebesar (-) 0,97% (yoy).
Komponen Barang/Jasa yang Diatur oleh Pemerintah (Administered Prices) pada bulan November 2019 tercatat stabil. Secara tahunan, komponen Administered Prices mencatat inflasi sebesar 2,08% (yoy).
Komponen inti bulan November 2019 mengalami inflasi sebesar 0,48% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 0,06% (mtm). Komoditas inflasi inti didorong oleh harga batu bata dan besi beton yang mengalami kenaikan harga seiring dengan banyak pembangunan pada akhir tahun menjelang tutup buku. Secara tahunan, komponen inti mengalami inflasi sebesar 2,79% (yoy).
Yufrizal menambahkan kedepan, inflasi akan tetap dijaga sehingga berada pada sasaran inflasi 2019, yaitu 3,5±1%. Untuk itu, koordinasi antara Pemerintah, Bank Indonesia dan lembaga terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus diperkuat dalam menghadapi sejumlah risiko yang dapat mendorong kenaikan harga.(z).