
BANDA ACEH – Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh menyatakan pasien wanita lumpuh asal Aceh Timur yang dirawat sejak 10 Desember 2019 bisa dipulangkan. Namun, pasien tidak bisa diobati karena fungsi syaraf dari pinggang ke kaki yang padam total.
“Pasien atas nama Nurfadhillah, penanganan medis pasien sudah selesai dan kelumpuhannya tidak bisa diobati. Kasus Nurfadhillah ini sempat menarik perhatian publik,” kata Direktur Utama RSUDZA Banda Aceh, Dr. dr. Azharuddin, SpOT K-Spine di Banda Aceh, Selasa (31/12/2019).
Dikatakannya, tim dokter RSUDZA sudah bekerja keras menangani pasien dan hingga saat ini, berdasarkan teori belum ada teknologi medis yang dapat menyembuhkan kelumpuhan pasien tersebut. Meskipun demikian, setelah ditangani di RSUDZA, pasien mengalami perkembangan yang baik.
“Belum ada teknologi medis yang menyembuhkan kelumpuhan seperti pasien. Dari penanganan medis yang dilakukan, ada perubahan pasien yang dulunya beraktivitas telungkup, sekarang bisa menggunakan kursi roda,” jelas Azharuddin.
Menurutnya, saraf yang tidak berfungsi dimaksud yakni tidak berasa, tidak bisa mengontrol buang air kecil maupun air besar, bahkan alat seksualitasnya pun juga tidak berfungsi. Diungkapkan, tim medis yang menangani pasien terdiri dari beberapa ahli.
“Jadi, tidak benar apa yang disampaikan masyarakat melalui media sosial bahwa RSUDZA tidak bekerja maksimal. Tim medis yang menangani pasien sudah bekerja maksimal. Memang ada tumor di tulang belakang pasien. Namun, tumor yang sudah ada sejak delapan tahun silam tidak masuk kategori ganas,” katanya.
Terkait tumor tersebut, Azharuddin menyebutkan tim medis sudah mempertimbangkan banyak opsi termasuk risiko terhadap pasien jika tumor diangkat. Tim medis memutuskan tidak mengangkat tumor tersebut karena tidak termasuk berbahaya.
Dikatakannya, kalaupun diangkat tumor tersebut, dinilai banyak risiko terhadap pasien hingga bisa menyebabkan kematian. Selain itu, kalau dipaksakan diangkat, maka akan melahirkan penyakit baru. “Kami sudah menjelaskan ini kepada pasien dan keluarganya,” ujar Azharuddin.
Dalam temu pers tersebut, Azharuddin turut menghadirkan sejumlah dokter spesialis yang menangani Nurfadhillah. Satu-persatu dokter menjelaskan penyakit yang diderita pasien dan risiko-risikonya.
Spesialis syaraf, dr. Iskandar, M. Kes, Sp. BS menjelaskan tim dokter sudah bekerja keras menyembuhkan pasien. Namun, terkadang secara medis terdapat hal yang tidak bisa ditangani dan menyalahi etik kedokteran.
“Kita semua satu tujuan yaitu pasien bisa sembuh. Namun kalau kita tahu bahwa tidak ada harapan perbaikan, lalu dilakukan operasi, itu menyalahi etik kedokteran. Secara tim, menyimpulkan bahwa ibu ini (pasien Nurfadhillah) tidak akan merubah kondisi, makanya tidak dirujuk,” katanya.
Nurfadhillah, wanita berusia 30 tahun, warga Gampong Bagok Panah Lhee, Kecamatan Darul Aman, Aceh Timur, mengalami kelumpuhan setelah melahirkan anak kedua delapan tahun silam.
Nurfadhillah sempat viral di media massa dan media sosial karena aktivitasnya menggoreng kerupuk dilakukannya dalam posisi telungkup akibat kelumpuhan dideritanya.
Kemungkinan penyembuhan
Lebih lanjut, Direktur Utama RSUDZA Banda Aceh, Azharuddin, menambahkan, bila pasien lebih awal dibawa ke RSUDZA, maka masih terbuka kemungkinan penyembuhan. Sebab, syaraf pasien masih berfungsi.
“Kalau seandainya lebih awal dibawa ke RSUDZA bisa kemungkinan dapat diperbaiki. Karena, belum total kehilangan fungsi (syaraf). Kalau kita ketemu di fase awal, bisa kita tolong (obati),” katanya. (b)