LHOKSEUMAWE – Migas Center Universitas Malikussaleh (MCU) resmi dibuka ,Selasa (21/1) oleh Kepala SKK Migas , Avicenia Darwis.
Kehadiran Migas Center di Unimal bukan hanya untuk kegiatan migas semata, tetapi melibatkan berbagai disiplin ilmu lain sebab dalam industri migas lebih dominan adalah sosial dan ekonomi.
Pembukaan MCU dihadiri langsung Kepala Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas Wilayah Sumbagut, Avicenia Darwis, juga turut memberikan kuliah umum kepada mahasiswa Universitas Malikussaleh, para pelajar SLTA di Lhokseumawe, serta masyarakat luas.
Dalam kesempatan itu juga dibentuk Oil and Gas Community, sebuah komunitas yang terdiri dari mahasiswa Unimal yang peduli terhadap industry migas.
Sebelumnya, Oil and Gas Community sudah mendapatkan edukasi awal tentang migas yang disampaikan Humas Pertamina Hulu Energi North Sumatera Offshore (PHE NSO), Armia Ramli.
Ketika menyampaikan kuliah umum, Avicenia Darwis, mengungkapkan kekecewaannya terhadap perusahaan yang mengekplorasi migas yang tidak peduli terhadap lingkungan. Ia mengharapkan perusahaan yang melakukan ekplorasi migas di Aceh memiliki kepedulian terhadap lingkungan, terutama dalam pengembangan dunia pendidikan.
” Industri migas tidak bisa dipisahkan dari lingkungan. Jadi, perusahaan migas harus lebih membuka diri,” tegas Avicenia yang menyampaikan materi secara menggebu-gebu.
Ia mengatakan kehadiran Migas Center di berbagai perguruan tinggi memiliki peran penting dalam memberi edukasi migas kepada masyarakat.
“Kalau Migas Center ini tidak penting, tidak mungkin gubernur di sejumlah daerah ingin meresmikan secara langsung. Dan Migas Center di Unimal ini merupakan Migas Center satu-satunya yang diresmikan langsung oleh gubernur. Di daerah lain, gubernurnya ingin meresmikan, tetapi tidak bisa karena bentrok dengan acara lain,” ungkap Anicenia.
Merespon pertanyaan mahasiswa mengenai energi terbarukan, Avicenia mengatakan perkembangan dunia migas sekarang sudah berkembang demikian cepat sehingga berbagai sumber energi baru terus dikembangkan. Ia juga mengungkapkan kejayaan Lhokseumawe sebagai Kota Petrodollar bisa diupayakan melalui migas yang ada di offshore atau lepas pantai. “Masa depan Aceh itu ada di offshore,” katanya.
Ketika membuka kuliah umum, Rektor Universitas Malikussaleh, Dr Herman Fithra, mengatakan berdirinya MCU merupakan inisiatif dari Kepala SKK Migas Wilayah Sumbagut, PHE, dan Badan Pengelolaan Migas Aceh (BPMA).
“Berbicara soal migas, yang paling penting bukan hanya aspek teknis, tapi 60 persen merupakan aspek sosial, ekonomi, dan budaya,” ujar Herman.
Dia mengingatkan pengalaman di masa lalu ketika ditemukan gas Arun pada awal 1970-an, masyarakat tidak siap dan tidak memiliki peran penting dalam ekplorasi gas.
Kehadiran MCU merupakan sarana pendidikan bagi semua, lembaga pendidikan, kontraktor, dan sebagainya.
Dengan hadirnya MCU, generasi muda terutama di Aceh sudah siap mengelola migas, apalagi dengan hadirnya BPMA yang hanya ada di Aceh.
Grand Opening MCU juga dihadiri Direktur SDM dan Umum PT Pupuk Iskandar Muda Usni Syafrizal, Pjs Field Manager PHE NSO-NSB Danie Mustafa, perwakilan Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), perwakilan Pertamina EP Rantau,PHE NSO, PHE Siak, PHE Kampar, Pertamina EP Pangkalan Susu, Pertamina EP Lirik, Mubadala Petrolium, Premier Oil, Triangle Pase Zaratex NV, serta pihak perbankan. (z).