REDELONG-Sebanyak 12 orang dari dataran tinggi Gayo resmi menyandang gelar doktor dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU) pada 22 Januari 2020 yang lalu, salah satunya adalah Evanirosa.
Dari ke-12 meraih gelar Doktor tersebut, sebanyak 10 orang menyelesaikan studi dari jurusan Pendidikan Agama Islam yaitu Dr Asdiana MA, Dr Ismet Nur MA, Dr Abidah MPd, Dr Ihsan Harun MA, Dr Indra MPd, Dr Hamdan MA, Dr Saifullah MA, Dr Ramsah Ali MPd, Dr Ramadhan MA dan dirinya sendiri Dr Evanirosa MA. Sementara 2 orang lainnya dari jurusan Ekonomi Islam yaitu Dr Rosdaniah MA dan Dr Ika Hartika MA.
Informasi yang diterima analisisnews.com, Jum’at (7/2/2020) lalu, Evanirosa kelahiran Kung, 18 Oktober 1982 itu meneliti tentang, “Reaktualisasi Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Budaya Sumang pada Masyarakat Suku Gayo”, dengan lingkup penelitian di Gayo Lut dan Gayo Deret. Dalam sidangnya, sempat hadir Bupati Gayo Lues yang diwakili Asisten I, Hardansyah S.Pd, MAP. Sementara dari Kabupaten Aceh Tengah tidak ada sama sekali.
Menurutnya, penelitian ini dilihat dari kehidupan masyarakat Gayo yang semakin memudar akan budaya belakangan ini.
“Yang lebih penting adalah kita ingin masyarakat ikut kembali mereaktualisasi nilai-nilai budaya sumang pada masyarakat kita. Untuk itu, sangat urgent sekali kita sampaikan kepada masyarakat sebagai bagian dari suku Gayo,”jelasnya.
Maksudnya Eva adalah, perlunya kesadaran masyarakat untuk mempertahankan bahasa ibu dalam keluarga, yakni bahasa Gayo. Menurutnya, itulah dasar penyebab yang sangat kuat memudarnya Budaya Gayo itu sendiri. Karena selama melakukan penulisan disertasi, ia menemui beberapa generasi muda Gayo yang tidak mengetahui apa arti dari kata Sumang.
“Untuk mengaktualisasikan kembali kearifan lokal ini khususnya sumang harus konsisten dan sinergis antara pemerintah beserta jajarannya serta dengan lapisan masyarakat. Nah masyarakat juga harus dari unit dasar dalam keluarga. Artinya, transfer nilai yang sempat terputus harus kita hidupkan kembali,” tukasnya.
Menurutnya, untuk reaktualisasi arusnya harus dari pemerintah ke bawah, kendatipun teorinya pendidikan itu dasarnya adalah pendidikan informal. Akan tetapi penggerak utamanya adalah keseriusan “reje” dalam menentukan kebijakan.
Perjalanan dalam meraih gelar Doktor bukanlah hal yang mudah. Alumni Pascasarjana IAIN Ar-Raniry (sekarang UIN) tahun 2013 ini sempat mengalami detik-detik kesusahan salah-satunya di tipu rayu oleh seorang anak pejabat Pemerintah di Takengon yang berinisial MA, yang kemudian sempat ditangani oleh polisi. Kejadian tersebut menuai kerugian yang amat besar baginya dan keluarga.
“One tengah nangkok biaya kuliah, one musibah mai jema kupinte oleh MA.”,”Disaat itu sedang mau bayar uang kuliah disitu pula dibawa lari kopi kami oleh MA,”jelasnya. (Jun)