LHOKSEUMAWE -Penggunaan pupuk organik pada tanaman yang kini sudah menjadi kebutuhan petani padi dan palawija diyakini mampu mengembalikan kesuburan tanah serta menjadi solusi mengantisipasi kelangkaan pupuk yang kerap dihadapi petani.
“Kami berinisiatif memasyarakatkan pupuk organik demi mengembalikan kesuburan tanah yang sudah sangat kritis, dan dapat mengatasi kelangkaan pupuk ditingkat petani,” ujar Rahmat Kartolo, S.Pt, M.Pt, pendiri pupuk organic ‘Saboh Hate’ di Dewantara, Aceh Utara, baru-baru. Dia mengolah limbah-limbah dari kotoran ternak kerbau dan sapi menjadi pupuk organik, yang siap untuk digunakan oleh petani.
Dalam memproduksi pupuk, lanjut Rahmat, masih ada kendala, yang dihadapi seperti tempat fermentasi pupuk kurang luas akibatnya mereka hanya mampu memproduksi 10 ton pupuk untuk sekali produks sedangkan permintaan pupuk terus meningkat.
“Kami bercita-cita memiliki tempat produksi pupuk dengan kapasitas 50 ton sekali produksi, sehingga kami mampu memenuhi permintaan yang lebih banyak lagi.” harapanya.
Dia juga berharap kepada pemerintah agar usaha yang ia kembangkan itu mendapat dukungan penuh dari pemerintah. “Alhamdulillah, pada 2019 kita sudah mampu memasok pupuk produksi kami ke para petani di seluruh Aceh sebanyak 50 ton setiap bulanya, bahkan kami kualahan memenuhi pesanan.”sebutnya.
Menurut, hingga saat ini, pihaknya sudah memiliki kelompok tani (poktan) sebanyak 15 kelompok secara rutin sudah memakai pupuk hasil olahan ‘Saboh Hate’. Kelompok tani tersebut adalah binaan Dinas Pertanian dan Pangan Aceh Utara, Dinas Perkebunan dan Peternakan Aceh Utara, Dinas Pertanian Aceh dan Dinas Peternakan Aceh
“Saat ini kami sudah bekerjasama dengan dinas pertanian dan pangan Aceh Utara memasok kebutuhan pupuk organik untuk kegiatan demplot KRPL (kawasan rumah pangan lestari), juga untuk kegiatan diversifikasi pangan,”tandasnya. (k)