REDELONG – Dataran tinggi Gayo di wilayah tengah Provinsi Aceh memiliki hawa sejuk, juga memiliki kekayaan alam yang berlimpah salah satunya Kabupaten Bener Meriah.
Daerah ini termasuk penyumbang produksi pangan terbesar di povinsi Aceh mulai dari tanaman tumpang sari seperti kentang, cabe dan sayur-mayur serta tanaman lainnya.
Selain itu, daerah dataran tinggi juga tidak lepas dari komoditi kopinya. Bener Meriah juga penghasil kopi terbesar di Aceh sehingga memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat.
Sisi lain, selain daerah penghasil kopi juga sangat cocok untuk Pembudidayaan tanaman merica (lada). Masyarakat Gayo setempat biasa menyebutnya dengan “lede pedih”.
Disisi lain, sebagian masyarakat setempat membudidayakan tanaman merica ini disamping ia sebagai petani kopi.
Ternyata budidaya tanaman merica (lada) sangat cocok di daerah yang beriklim hangat umumnya daerah yang berhawa hangat di Bener Meriah.
Budidaya tanaman merica selain punya nilai ekonomis yang tinggi juga bisa dibudidaya dengan cara yang cukup mudah karena bisa ditanam di pohon-pohon sekitar perkebunan kopi baik di batang pohon area sekitar perkebunan.
Seperti penjelasan seorang petani kopi Mursit (40). Ia menyebut bahwa tanaman tersebut menjadi tanaman yang menjanjikan di dataran tinggi Gayo.
“Tanaman merica cukup menjanjikan. Di kebun saya ini, banyak saya tanami selain tanaman kopi,” kata Mursit, di kebunnya di Berawang Sewe Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah, Sabtu (13/8/2022).
Disamping dirinya sebagai petani Kopi kini dia sukses juga sebagai petani merica. Menurutnya sebelum covid-19, harga merica miliknya tembus Rp250ribu/kg, namun kini hanya mencapai harga Rp150 ribu/kg.
“Untuk saat ini apapun tidak bisa menjadi rintangan, karena modal kita cuma satu, kita harus punya mau untuk memulai sesuatu dan suka bekerja keras,” tutupnya. (Ra/Far)