Penurunan Angka Stunting Diupayakan

Penurunan Angka Stunting Diupayakan
Kepala Dinas Kesehatan Abdya, Safliati SST MKes

BLANGPIDIE-Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya (Pemkab Abdya) dalam hal ini Dinas Kesehatan setempat terus mengupayakan penurunan angka stunting (masalah gizi kronis) di sembilan kecamatan dalam wilayah Abdya.

Kepala Dinas Kesehatan Abdya, Safliati SST MKes, Selasa (30/8/2022) mengatakan, terhitung sejak Januari-Agustus 2022, tercatat sebanyak 927 kasus stunting yang tersebar pada beberapa Puskesmas di Abdya. Persentase jumlah kasus stunting di Abdya saat ini 9,5 persen. Tahun lalu berada pada posisi 14 se-Provinsi Aceh. Untuk tahun ini ada penurunan angka stunting, jika dibandingkan dengan tahun lalu berada pada angka 14,8 persen dan sekarang sudah menjadi 9,5 persen.

“Hal ini tidak terlepas kerapnya sosialisasi dan upaya khusus yang dilakukan pada setiap Puskesmas, baik itu melalui Posyandu maupun hadir langsung ke sekolah-sekolah,” paparnya.

Dirincikan, Puskesmas Kuala Batee terdapat 37 kasus, Puskesmas Alue Pisang terdapat 186 kasus, Puskesmas Ie Mirah terdapat 55 kasus stunting, Puskesmas Babahrot 166 kasus. Puskesmas Manggeng jumlah stunting 143 kasus, Puskesmas Sangkalan terdapat 10 kasus, sedangkan Puskesmas Susoh sebanyak 82 kasus.  Kemudian di Puskesmas Alue Sungai Pinang terdapat 67 kasus, Puskesmas Bineh Krueng 45 kasus, Puskesmas Tangan-Tangan 11 kasus, Puskesmas Lembah Sabil 51 kasus dan Puskesmas Blangpidie 43 kasus.

Ada 10 intervensi spesifik untuk menurunkan stunting. Hal itu terbagi dalam tiga bagian. Pertama dibagian ini remaja putri harus diberikan tablet tambahan darah (TTD) dan screening anemia atau pemeriksaan kesehatan termasuk kadar hemoglobin siswi kelas 7-10. Kedua ibu hamil juga harus benar-benar diperhatikan, baik itu pemeriksaan kehamilan, pemberian TTD dan juga pemberian makanan bagi ibu hamil berupa protein hewani. Ketiga balita, mencakup pada pemantauan tumbuh kembang, ASI eklusif sejak lahir hingga 6 bulan, pemberian makanan tambahan protein hewani bagi baduta, tatalaksana balita dengan masalah gizi, dan peningkatan cakupan dan perluasan jenis imunisasi.

“Paling penting 10 intervensi spesifik untuk menurunkan stunting itu sudah diterapkan di Puskesmas-Puskesmas. Bahkan sosialisasi juga sangat gencar dilakukan walaupun ada hambatan-hambatan yang didapatkan di lapangan,” terangnya.

Lebih lanjut dikatakan, berbagai upaya terus dilakukan untuk menurunkan angka stunting ini. Seperti kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan beragam program lainnya. Upaya tersebut menunjukan hasil yang sangat positif, dimana terjadi penurun hingga 19 persen. Dijelaskan, stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk. Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya stunting pada anak diantaranya dengan memenuhi kebutuhan gizi selama masa kehamilan, beri air susu ibu (ASI) eksklusif hingga anak berusia 6 bulan, pastikan asupan gizi anak umur 6 bulan ke atas terpenuhi dengan makanan pendamping ASI, pantau pertumbuhan anak dan jaga kebersihan lingkungan.

“Faktor utama adalah kurangnya gizi, bahkan sejak janin hingga awal kehidupan anak (1000 hari pertama kelahiran). Waktu terbaik untuk mencegah stunting adalah selama kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan. Stunting diawal kehidupan akan berdampak buruk pada kesehatan, kognitif, dan fungsional ketika dewasa,” terangnya.

Terkait hal itu, dia mengajak seluruh kalangan masyarakat untuk mendukung dan menerapkan pola hidup sehat, sehingga angka penderita stunting ini terus berkurang. Tidak hanya itu, jika pola hidup sehat terus dijalankan, resiko terkena penyakit lain pun juga akan terus berkurang. (ag)