Kegelisahan Dunia Pendidikan Menghadapi Laju Perkembangan Dunia Teknologi Saat ini

Oleh: Dr. Irfandi, S.Pd. M.Or

PENDIDIKAN merupakan pilar utama dalam membangun paradaban suatu bangsa yang kokoh dan berakhlak mulia. Dalam konteks Indonesia sebagai negara yang sangat strategis dan multi lateral, religius dan sangat terkait dengan sarat – sarat nilai luhur, maka peran pendidikan tidak hanya di tuntut untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, akan tetapi juga untuk membentuk karakter dan akhlak mulia para penerus generasi bangsa. Dengan semangat inilah, maka transformasi pendidikan menjadi suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk menjawab tantang zaman yang kian kompleks. Kurikulum sebagai inti dari proses pendidikan harus terus dikembangkan agar mampu mencerminkan kebutuhan peserta didik dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang sangat dinamis.

Perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intellegency) telah memicu transformasi signifikan dalam berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan. Salah satu cabang AI yang saat ini banyak mendapatkan perhatian adalah bidang kecerdasan buatan, yakni suatu aplikasi yang sangat tajam dan responsif dalam menjawab berbagai persoalan yang akan ditanyakan oleh pengguna, ibarat otak manusia dalam menganalisis data, mereduksi data, kalkulasi dan lain sebagainya, jawabannya ada dalam AI tersebut.

Kementerian Agama Repubrik Indonesia juga sebagai instansi yang membina dan menaungi jalannya pendidikan madrasah memiliki rasa tanggung jawab besar dalam memastikan bahwa pendidikan yang diberikan di sekolah/ madrasah tidak hanya memenuhi standar akademik, akan tetapi juga menanamkan nilai – nilai keislaman, moral dan spritual yang kuat. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan madrasah, maka Kementerian Agama Repubrik Indonesia akan sangat merespon rasa kekhwatiran dan kegelisahan para orang tua, ahli akademisi dan dunia pendidikan melalui berbagai kegiatan ilmiah, pelatihan, workshop dan visiting lectures.

Kondisi perkembangan dunia teknologi informasi akhir-akhir ini banyak pihak mengalami rasa kekahwatiran, kegelisahan, keresahan terutama yang dialami oleh guru, dosen, akademisi, terkait dengan pemikiran, kelakuan tingkah laku si anak serta pola pikir dan perkembangan karakter, hal ini sangat tercermin terlihat saat pertama sekali di lingkungan perguruan tinggi, terutama dalam hal penggunaan teknologi informasi; Internet, media sosial termasuk tiktok, ig, dan lain sebagainya.

Hal ini tentu membuat suatu rasa kegelisahan bagi kalangan akademisi, dosen pengajar tentang kelakuan tingkah laku para mahasiswa terutama di kalangan perguruan tinggi dalam hal menyikapi berbagai persoalan bidang pendidikan. Hal yang paling nyata terlihat saat mereka mengikuti perkuliahan dimana masih banyak para mahasiswa yang masih banyak menggunakan handphone (hp) apakah mereka berusaha mencari informasi materi-materi tertentu berkaitan dengan perkuliahan atau malah bermain games, hiburan, trading dan lain sebagainya. Teknologi informasi sebenarnya diperguanakan untuk keperluan positif yakni untuk mempertajam pemikiran mereka setelah mereka mendegarkan dengan berbagai pembahasan atau penjelasan dari dosennya, hal – hal yang dianggap kurang paham, belum bisa dimengerti, serta mencari materi perkuliahan dengan baik dan benar.

Sebagai bentuk respons dan alternatif solusi terhadap tantangan, peluang dan rasa kegelisahan tersebut, maka kampus/ lembaga pendidikan tinggi yang akan menjawab berbagai persoalan, permasalahan tersebut melalui rangkaian kegiatan pembelajaran, pembimbingan bagi kalangan anak muda, para mahasiswa agar bagaimana meningkatkan cara berpikir kritis, analitis, inovatif dan responsif. Maka oleh karenanya kepada para orang tua agar jangan segan – segan menitipkan anaknya untuk lanjut belajar pada kampus – kampus ternama, mutunya bagus, elektabilitasnya terjaga sehingga anak – anak nyaman untuk belajar dan meningkatkan kapasitasnya, para orang tuapun tidak was – was dalam menjaga dan memantau anaknya agar terhindar dari berbagai tindakan kriminal, anarikis dan berbagai kelakuan negatif lain sebagainya. (*)

Penulis adalah Dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh