ACEH BESAR – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh menggelar Pameran Hari Purbakala di Museum Meuseuraya, Jantho, Kabupaten Aceh Besar, pada 5–9 Agustus 2025. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat pelestarian warisan budaya sekaligus meningkatkan literasi sejarah, khususnya di kalangan generasi muda.
Pameran dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Besar, Bahrul Jamil, yang hadir mewakili Bupati Aceh Besar. Dalam sambutannya, ia menyampaikan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung pelestarian budaya sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan.
“Semoga Museum Meuseuraya Aceh Besar menjadi salah satu pusat pembelajaran dalam mengenal benda-benda purbakala,” ujarnya.
Pameran ini merupakan hasil kolaborasi antara Disbudpar Aceh dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Besar, dengan pendekatan edukatif yang dirancang untuk menyajikan sejarah secara lebih dekat, menarik, dan mudah dipahami, terutama bagi pelajar.
Kepala Seksi Cagar Budaya dan Permuseuman Disbudpar Aceh, Yudi Andika, yang hadir mewakili Kadisbudpar Aceh Almuniza Kamal, menjelaskan bahwa kegiatan ini juga merupakan bagian dari proses penguatan institusi museum di Aceh.
“Lebih dari sekadar ajang pameran, kegiatan ini adalah langkah konkret mendukung proses akreditasi Museum Meuseuraya sebagai lembaga permuseuman yang resmi dan berstandar nasional,” jelasnya.
Pameran menampilkan 114 koleksi secara kuratorial, mencakup tiga periode sejarah besar: abad ke-13 hingga ke-15, abad ke-15 hingga ke-18, dan abad ke-18 hingga ke-20. Koleksi yang dipamerkan meliputi artefak arkeologis, keramik kuno, manuskrip, uang logam, benda etnografi, hingga lukisan yang menggambarkan perjalanan sejarah masyarakat Aceh.
Antusiasme pengunjung, khususnya pelajar tingkat SD, SMP, dan SMA, tampak tinggi. Mereka mengikuti sesi pemanduan edukatif yang interaktif dan membangkitkan minat terhadap sejarah. Pameran ini menunjukkan bahwa warisan masa lalu dapat dihidupkan kembali melalui penyajian yang kreatif dan kontekstual.
Disbudpar Aceh berharap kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi upaya pelestarian budaya di seluruh Aceh, serta mengukuhkan peran Museum Meuseuraya sebagai ruang edukasi sejarah dan pertemuan lintas generasi. (**)
