Oleh: Dr. Irfandi, S.Pd. M.Or.
PERKEMBANGAN dunia teknologi informasi telah memberikan berbagai dampak kemudahan dan manfaat yang sangat luarbiasa kita rasakan saat ini, diantaranya adalah kita sangat mudah dalam menemukan berbagai jenis sumber informasi penting dalam berbagai bidang termasuk, politik, keamanan, sosial-budaya, hiburan, trading, bidang pendidikan dan lain sebagainya. Perkembangan teknologi informasi tentu mengajak kita untuk tetap eksis dan berkutat pada laptop, gawai (jenis android dan iphone) yang terkoneksi langsung oleh jaringan internet tanpa henti, hal ini tentu kita sebagai user (pengguna) wajib lebih cermat, teliti dalam memilih dan memilah mana yang benar – benar sumber informasi (kredibel, akurat), semi-hoaxs dan hoaxs.
Sejak peluncuran teknologi yang sangat luarbiasa seperti perkembangan teknologi kecerdasan buatan, AI (arficial intellegent), Spaces AI, Chat GPT dibuat oleh Open AI sejak 30 November 2022, penggunaan aplikasi ini meningkat tajam, awalnya hanya satu juta pengguna, kemudian tahun berikutnya meningkat menjadi sepuluh juta pengguna, hal ini menunjukkan berbagai sisi kemudahan terhadap mode pencarian informasi, data kuliah, informasi penting lainnya. Banyak para user telah memilih meninggalkan searching di aplikasi google, mereka lebih memilih AI, Chat GBT, Space AI karena tidak ribet, jawabannya simple sesuai keinginan, menunjukkan data akurat seolah-olah seperti kita lagi berbicara bersama pakar.
Seperti saya kutip pada buku panduan penggunaan generative AI bagi dosen dan mahasiswa diterbitkan oleh Ditjen Dikti (2024) terdapat beberapa jenis aplikasi Artificial Intellegent (AI) yang dapat saya sampaikan diantaranya: a) ada gemini, meta AI (khusus pengguna WA), b) ada braintex AI c) ada chat gpt, d) ada blackbox AI, github copilot, e) ada quickchat, f) ada storylab.ai, g) ada writefull title generator dan h) ada microsoft coopilot, ini khusus AI bidang penulisan teks, naskah, redaksi dan berbagai tulisan. Kemudian aplikasi AI untuk bidang voice (suara), diantaranya: a) ada google text to speech, b) ada TTS prosa, c) ada bahasa kita, d) ada potcastle, e) OpenAI TTS dan lain sebagainya. Begitu juga AI untuk mengsailkan gambar bergerak (video) diantaranya: a) ada synthesia, b) ada sora AI, c) ada Lumen 5, d) ada Invedio dan lain sebagainya.
Selain kita membahas, banyak jenis dan sisi kelebihan, kemudahan yang diberikan oleh AI, Chat GPT dan Space AI, akan tetapi banyak menyimpan sisi kekurangan bagi user (pengguna) apalagi bagi kalangan para mahasiswa yang notabene masih dalam tahapan belajar dan membutuhkan didikan, diantaranya adalah: a) menurunnya kapasitas berpikir kritis, b) kurangnya rasa percaya diri terhadap sejumlah informasi, data yang dibutuhkan, c) berkurangnya daya ingat (brain) manusia, d) tidak ada pembeda, pembanding dengan informasi, data sebelumnya, e) meningkatnya angka plagiarisme, dan lain sebagainya.
UNESCO pada tahun 2022 telah merilis “recommendation on the ethics of Artificial Intelligence” sebagai buku manual pedoman terkait kaidah, etika, aturan, kebijakan, tata cara penggunaan AI secara bijak dan etis serta bertanggungjawab di dunia. Akan tetapi, sayangnya belum ada suatu pedoman yang lebih teknis dan implementatif bagi kampus, dunia akademisi, yang sesuai dengan konteks pendidikan di Indonesia.
Hasil survei dilapangan selama beberapa bulan belakangan ini menunjukkan data bahwa para pengguna yang sangat sering menggunakan AI, Chat GPT, Meta AI dan Space AI mereka yang sangat rentan dan haus terhadap informasi, maka menunjukkan bahwa: a) kurangnya memiliki rasa percaya diri, dikit-dikit AI, Chat GPT, Meta AI, dll, sebagai pusat pencarian informasi utama, b) tidak ada lagi diskusi bersama teman untuk mencari alternatif jawaban, ide yang lebih konkriet, c) kurangnya daya berpikir kritis, logis, tajam dan cermat, d) kurangnya kepekaan sosial, e) banyak pihak mengkhawatirkan masa depan anak muda jika hal ini akan terus berlanjut.
Solusi yang dapat disampaikan pada penulisan ini adalah jangan terlalu mendewakan AI, Chat GBT dan Space AI, perbanyak literasi, numerasi, diskusi bersama teman, duduk sharing dengan pakar bidangnya untuk membahas sesuatu persoalan yang harus segera terpecahkan. Kemudian, bertanya kepada yang lebih mampu, searching aplikasi google sebagai alternatif informasi kedua untuk pembanding, pengingat bukan yang utama, kemudian tetap merujuk ke buku – buku ajar, jurnal hasil penelitian, prosiding, sebagai referensi dalam pembelajaran.
Menurut Wakil Menteri Sains dan Teknologi (Wamen Dikti) Prof. Stella Cristie, menyampaikan bahwa para anak muda jangan terlalu mudah menggunakan Chat GPT karena akan menurunkan daya ingat, berpikir kritis dan tentu akan memperlambat, menumpulkan ide – ide cemerlang anak muda, demikian.
Dalam hal ini, pesan yang dapat disampaikan adalah terutama kalangan masyarakat umum, para mahasiswa terus belajar untuk meningkatkan diri agar lebih berliterasi, numerasi, diskusi dan lain sebagainya, tentu penuis tidak melarang, silahkan mengikuti, menyesuaikan perkembangan zaman, akan tetapi wajib memperhatikan kaidah penggunaan, etika, aturan main serta jangan terlalu bergantung pada internet yang sifatnya sementara, suatu saat akan hilang, akan tetapi pergunakanlah pemikiran, pemahaman, kemampuan, daya ingat yang di karunia oleh Allah Swt kepada kita semua. Dengan sering mempergunakan daya ingat maka akan senantiasa lebih cerdas, lebih cemerlang pemikiran baik dalam berpkir, menyampaikan sesuatu pendapat, ide dan diskusi presentasi di depan umum. (*)
Penulis adalah Dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh