Di Aceh, hanya 23 Persen Ibu Susui Anaknya

JELASKAN: Kepala BKKBN perwakilan Aceh, Sahidal Kastri menjelaskan tentang pentingnya pemberian ASI bagi anak, dalam silaturrahmi awak media dengan pihak BKKBN Aceh di Banda Aceh, Senin, (17/12/2018).


BANDA ACEH – Dalam survey yang dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) tahun lalu, ternyata terungkap di Aceh sebanyak 77 persen ibu tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada anaknya. Dari survey yang dilakukan lembaga  ini tahun 2017, hanya 23 persen ibu yang menyusui anaknya.


Hal itu disampaikan kepala BKKBN perwakilan Aceh, Sahidal Kastri, dalam acara silaturrahmi dengan media di aula BKKBN Aceh, Senin, (17/12/2018). “Hanya 23 persen di Aceh yang memberikan ASI kepada anaknya, sedangkan 77 persen belum. Padahal ASI itu adalah hak anak,” ujarnya.


Dikatakannya, untuk menghindari berbagai risiko yang tidak baik terhadap anak, seperti stunting (bertubuh pendek), maka diperlukan pemberian ASI eksklusif secara maksimal. “Sunting itu tidak ada cara lain selain memberikan ASI kepada anak,” katanya.


Dia mengatakan, ASI memiliki banyak manfaat bagi anak, selain m nghindaro sunting, ASI juga merupakan amanah dari Allah kepada orang tua. Sehingga orang tua seperti Ibu, katanya,  juga harus bertangung jawab terhadap amanah tersebut.  Banyaknya kasus tidak menyusui anak itu, kata Sahidal disebabkan kurangnya pemahaman orang tua tentang pola asuh dalam berkeluarga.

Dikatakannya, kondisi ini, biasanya dialami para pasangan yang menikah muda. Kesiapan dalam berumah tangga yang belum dimiliki pasangan menikah muda, sehingga berefek kepada pola asuh anak.


Kepada pemerintah daerah kabupaten dan kota di Aceh, Sahidal berpesan kiranya daerah memberikan perhatian terhadap persoalan kependudukan dan keluarga. Di daerah diperlukan pendidikan pra nikah bagi calon pengantin. Hal ini untuk mematangkan kesiapan dalam berkeluarga.


Selain persoalan ASI, Dia juga mengatakan perlunya pelestarian budaya dan kearifan lokal yang bermanfaat bagi bayi maupun balita. Sahidal mencontohkan, lagu salawat atau lagu daerah yang sering dilantunkan seorang ibu untuk menidurkan anaknya dalam ayunan, dinilai cukup positif.
Kedepan, pihaknya akan menggali kearifan lokal teraebut untuk dikembangkan.

“Nantinya kearifan lokal yang ada di Aceh ini, itu yang kita gali, misalnya lagu-lagu mengayunkan anak. Menurut hasil penelitian, anak-anak itu perkembangan kecerdasannya luar biasa,” ungkapnya.


Selain itu kata Sahidal, cerita-cerita atau dongeng yang diceritakan untuk menidurkan anak juga berfungsi positif. Hal ini di ilaihi dapat merangsang otak anak dan hasilnya anak akan cerdas. “Ada cerita-cerita atau dongeng-dongeng sebelum tidur kepada anak, itu cukup bagus,” ujarnya. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *