UN 2020 Dibatalkan Dampak Corona yang Terus Mengganas

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim (Kanan atas) dan Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda (Kiri atas) menggelar rapat bersama melalui video conference pada Senin (23/3/2020) malam. (Twitter/@SyaifulHooda)

JAKARTA – Pandemi  coronavirus dissease 2019 (covid-19) atau virus corona yang masih terus mengganas di berbagai belahan negara, termasuk Indonesia, mendorong pemerintah meniadakan Unian Nasional (UN) 2020 untuk tingkat SD, SMP dan SMA.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Hooda melalui akun instagramnya @syaifulhooda. Syaiful menulis kebijakan ini diambil setelah digelar rapat daring antara Komisi X DPR RI yang diwakili olehnya dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim beserta jajarannya.

“Barusan selesai rapat daring dengan mendikbud , salah satu kita sepakati, Ujian Nasional (UN) SD, SMP, dan SMA ditiadakan,” tulisnya, Selasa (24/3/2020).

Baca juga: UN 2020 Dihapus Demi Kesehatan Siswa

Seperti dilansir cnbcindonesia.com  Syaiful mengatakan keputusan ini diambil karena corona diprediksi masih akan mewabah di Indonesia hingga April, waktu pelaksanaan UN.

Politikus PKB itu mengatakan saat ini pemerintah dan DPR sedang mengkaji opsi lain sebagai pengganti UN. Salah satu opsinya dengan menggelar UN secara daring.

“Kami sepakat bahwa opsi USBN ini hanya bisa dilakukan jika dilakukan secara daring, karena pada prinsipnya kami tidak ingin ada pengumpulan siswa secara fisik di Gedung-gedung sekolah,” tuturnya. (red)

Pasien PDP Virus Corona di Aceh Meninggal

Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr. Hanif (kiri) didampingi juru bicara Satgas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 Aceh, Saifullah Abdulgani, menjelaskan terkait pasien PDP yang meninggal di RSUDZA Banda Aceh dalam konferensi pers di Banda Aceh, Senin (23/3/2020)

BANDA ACEH – Seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) gejala Virus Corona atau dikenal Coronavirus Dissease 2019 (Covid-19) meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh, Senin (23/3/2020).

Kabar tersebut dibenarkan oleh Wakil Direktur Pelayanan RSUDZA Dr. dr. Endang Mutiawati, Sp.S(K) saat dikonfirmasi melalui layanan Whatsapp, Senin (23/3/2020).  “Benar sudah meninggal,” kata Wadir Pelayanan dr. Endang Mutiawati.

Dia menambahkan, pasien tersebut umurnya 56 tahun berstatus PDP. Hasil tes laboratorium pasien PDP tersebut belum keluar dari Litbangkes Kemenkes Jakarta. “Hasil Swab belum datang” kata dr. Endang.

Sementara, Juru Bicara Satgas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 Aceh Saifullah Abdulgani, mengatakan, pasien yang meninggal tersebut berinisial AA, yang awalnya di rawat di Rumah Sakit PT. Arun Lhokseumawe.

“Berikut Kami laporkan bahwa seorang pasien dengan status pasien PDP menghembuskan nafas terakhir dalam perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin  Banda Aceh pada pukul 12.45 WIB. Pasien tersebut inisialnya AA usia 56 tahun, dari Lhokseumawe,” katanya dalam konferensi pers di Banda Aceh Senin (23/3/2020).

Dikatakannya, pasien tersebut sempat dirawat di rumah sakit PT Arun Lhokseumawe sebelum akhirnya dirujuk ke RSUZA, Banda Aceh, pada Jumat (20/3/2020). Dia kemudian ditangani sesuai standar penanganan pasien PDP.

“Pasien ini pernah melakukan perjalanan ke Jakarta, Bogor, Surabaya,” jelas Saifullah didampingi Kadinkes Aceh dr Hanif. (b)

Antisipasi Corona, RSUDZA- Bandara SIM Diminta Berkoordinasi

FASILITAS: Direktur RSUDZA Azharuddin menjelaskan sejumlah fasilitas yang disiapkan untuk menangani pasien virus Corona kepada anggota DPRA, Tarmizi (paling kanan), Iskandar Usman Al-Farlaky (dua dari kiri) dan Falevi Kirani (kiri), saat tinjauan ke RSUDZA, Selasa (28/1/2020).



BANDA ACEH – Untuk mengantisipasi menyebarnya virus Corona di Aceh, Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh diminta selalu berkoordinasi dengan pihak Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh Besar, agar warga yang tiba melalui bandara SIM yang dinilai terpapar virus tersebut dapat segera ditangani.

Hal itu disampaikan Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Tarmizi, SP usai memantau kesiapan RSUDZA dalam menangani virus Corona yang kini mewabah, Selasa (28/1/2020). “Perlu saling koordinasi. Jangan lolos dari bandara,” katanya.

Tarmizi bersama sejumlah anggota komisi V DPRA melakukan kunjungan ke RSUDZA, untuk melihat secara langsung persiapan yang dilakukan rumah sakit tersebut  bila terdapat pasien yang terpapar virus mematikan itu.

Selain Tarmizi, anggota komisi V DPRA yang berkunjung diantaranya, Iskandar Usman Al-Farlaky, Sofyan, Falevi Kirani, dr. Purnama, Muslim, dan Asib Amin. Sesampai di rumah sakit tersebut, para anggota DPRA disambut Direktur RSUDZA Dr. dr. Azharuddin, Sp.OT. K-Spine, Fics dan sejumlah dokter maupun petugas.

Azharuddin mengatakan RSUDZA telah siap menangani secara khusus bila terdapat pasien suspect coronavirus di Aceh. Dikatakannya, semua pihak jangan terlalu senang dulu bila saat ini belum ada yang terkena virus tersebut, namun perlu beranggapan kapan giliran akan terkena coronavirus. Sebab, di sejumlah negara dan daerah sudah ada yang terpapar.

Meskipun demikian, Azharuddin mengingatkan, agar masyarakat jangan panik dan jangan underestimate (jangan anggap remeh).  “Jadi kita RSUDZA selalu siap siaga untuk menangani Corona virus ini. Sebagai pusat rujukan tentunya kita perlu kesiapan kita,” ujarnya.

Menangani kemungkinan virus Corona merambah ke Aceh, pemerintah Aceh menunjuk RSUDZA Banda Aceh  dan RS Cut Meutia Lhokseumawe sebagai RS yang menangani pasien tersebut.

Di RSUDZA, telah disiapkan 6 ruangan untuk perawatan yang terletak di lokasi bangunan lama RSUDZA. Selain itu juga disiapkan kamar jenazah khusus dan ruang pemandian jenazah khusus yang tidak sama dengan pasien lain.

Pintu masuk dan keluar pasien virus Corona juga melalui jalur khusus. Selain itu, dokter dan perawat yang menangani pasien juga disiapkan secara khusus, dengan pakaian pelindung diri menyerupai pakaian astronot.

Azharuddin mengatakan, pakaian pelindung itu akan tiba di RSUDZA pekan ini. Namun, bila beberapa hari ini terdapat pasien suspect virus Corona, dokter yang menangani akan menggunakan pakaian pelindung diri yang ada, yang selama ini dipersiapkan untuk menangani pasien HIV. (b)